Rahasia Lebah

Usia harapan hidup penduduk dunia semakin meningkat sebagai hasil perbaikan perawatan kesehatan. Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2020 diperkirakan penduduk lanjut usia (lansia) di seluruh dunia akan melebihi 1 milyar jiwa . Di Indonesia penduduk usia di atas 65 tahun diperkirakan meningkat 15,75 % dari jumlah penduduk.

Peningkatan penduduk lansia akan terus meningkat seiring dengan perkembangan jaman dengan rasio wanita lebih banyak daripada pria. Peningkatan tersebut memberikan dampak yang cukup kompleks dari segi sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Di bidang kesehatan, para lansia tersebut dihadapkan dengan peningkatan penyakit menua yang menyertainyaantara lain osteoporosis.

Osteoporosis merupakan penyakit yang ditandai dengan keadaan massa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur jaringan tulang yang berakibat pada peningkatan fragilitas tulang dengan risiko terjadinya peningkatan fraktur tulang. Salah satu penyebab terjadinya osteoporosis adalah kekurangan hormon estrogen dalam tubuh wanita lansia yang disebut sebagai osteoporosis pascamenopause.

Islam menjelaskan bahwa penyakit apapun macamnya, Allah lah yang menjadikannya dan Allah pula yang menyediakan obatnya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW :

Sesungguhnya Allah tidak akan menurunkan penyakit, melainkan Dia telah menurunkan buat penyakit itu penyembuhannya, maka berobatlah kamu. [HR Nasai dan Hakim]

Hal ini menjadi dasar bagi setiap muslim untuk selalu berusaha mencari obat dari setiap penyakit yang ada, termasuk osteoporosis pascamenopause yang sudah dijelaskan di atas.

Allah menurunkan segala penyakitnya tanpa menjelaskan secara terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan detail apa obatnya dan bagaimana memakainya. Masalah ini harus dipecahkan oleh manusia dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai “science” bersama teknologinya.

Saat ini telah terdapat berbagai usaha untuk mengatasi osteoporosis, baik dengan menggunakan obat-obatan maupun tanpa menggunakan obat-obatan. Namun, terapi dengan obat-obatan dapat menimbulkan efek samping seperti kanker dan kerusakan faal hati, sehingga perlu untuk dilakukan penggalian kembali terhadap bahan alami yang potensial dan memiliki efek samping yang minimal. Salah satu bahan alami yang diketahui aman dan potensial dalam mengobati berbagai penyakit adalah produk perlebahan.

Secara empiris, produk perlebahan telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Masyarakat selama ini lebih mengenal produk yang dihasilkan lebah berupa madu, royal jelly, dan tepung sari (bee pollen). Tetapi, terdapat satu produk lebah lagi yang pemanfaatannya belum optimal namun memiliki manfaat luar biasa bagi kesehatan manusia. Produk lebah tersebut adalah propolis lebah.

Propolis lebah dapat digunakan sebagai terapi biologis alternatif yang diketahui aman dan pilihan yang efektif karena komposisi kimianya yang kompleks dan unik. Propolis lebah dihasilkan dengan cara menambahkan cairan khusus yang mereka keluarkan dari tubuh kepada getah yang dikumpulkan dari pohon-pohon. Propolis memiliki kandungan bioflavonoid sejenis ipriflavon yang secara alami banyak terkandung dan terkonsentrasi pada propolis lebah.


Propolis lebah memiliki komposisi kimia yang kompleks dan unik. Propolis lebah mengandung senyawa ipriflavon. Senyawa ini berkhasiat menyerupai estrogen sehingga dapat mempengaruhi metabolisme tulang dengan menghambat penyerapan tulang dan sekaligus merangsang perkembangan tulang. Nampaknya, kandungan senyawa dalam propolis lebah dapat dimanfaatkan sebagai terapi dalam mengatasi osteoporosis pascamenopause.

Terapi untuk mencegah dan mengobati osteoporosis pascamenopause dapat dilakukan dengan memberikan estrogen pengganti atau altrenatifnya untuk memelihara keseimbangan metabolisme tulang. Pemberian estrogen tersebut bertujuan untuk menghambat resorbsi tulang dengan mempengaruhi RANKL (Receptor Activator of Nuclear factor κβ Ligand) /OPG (Osteoprogeterin) secara garis besarnya sebagai berikut ; (1) estrogen menstimulasi ekspresi OPG pada osteoblas dan sel stromal melalui aktivasi transkipsional ER-α; (2) defisiensi estrogen menyebabkan penurunan ekspresi OPG dan peningkatan produksi RANKL oleh sel tulang dan sel sumsum tulang belakang; dan (3) terapi estrogen dapat menghambat responsifitas sel prekusor osteoklas pada kerja RANK, sehingga menghambat aktivasi c-Jun N-terminal Kinase (JNK) yang diinduksi RANKL.

Mekanisme kerja ipriflavon pada propolis lebah dapat menggantikan estrogen pada tubuh disebabkan adanya dua gugus OH yang mempunyai jarak 11 Ǻ pada inti. Jarak inilah yang menyebabkan ipriflavon dapat berikatan dengan reseptor estrogen atau dapat juga bertindak sebagai SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator). Sebagai pengganti estrogen, ipriflavon dapat meningkatkan aktivitas dan poliferasi osteoblas serta menghambat pembelahan dan diferensiasi prekursor osteoklas dengan cara meningkatkan apoptosisi osteoklas. Ipriflavon tidak memilki efek samping yang membahayakan. Hal ini disebabkan karena ipriflavon bersifat selektif hanya pada tulang, tidak pada jaringan reproduksi yang menyebabkan kanker.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa propolis lebah berpotensi sebagai terapi osteoporosis pascamenopause. Propolis lebah mengandung senyawa ipriflavon yang memiliki aktivitas sebagai pengganti estrogen sehingga dapat mempengaruhi metabolisme tulang pada wanita pascamenopause.
 

Recommended Product

itech Nano Propolis Copyright © 2009 Shopping Bag is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal